KEPEMIMPINAN
BAB 1. PENDAHULUAN
Secara umum, Pemimpin dalam sebuah kelompok/organisasi adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam menggerakkan aktivitas dan motivasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin bertanggung jawab atas aktivitas staffing, traning dan aktivitas lain (Mintzberg). Headship diberlakukan terhadap kelompok, sedangkan Leadership disetujui oleh anggota kelompok. Adapun beberapa karakteristik seorang pemimpin menurut Hersey dan Blanchard 1998 yaitu
Management of Attention
(kemampuan mengkomunikasikan tujuan atau arah yg dpt menarik perhatian anggota)
Management of Meaning
(kemampuan menciptakan dan mengkomunikasikan makna tujuan secara jelas)
Management of Trust
(kemampuan untuk dipercaya dan konsisten)
Management of Self
(kemampuan mengendalikan diri dalam batas kekuatan dan kelemahan).
Tetapi, untuk menjadi seorang pemimpin, tidak hanya memerlukan karakteristiknya saja, seorang pemimpin harus tahu teori-teori pemimpin beserta tipe berkepemimpinan seperti apa, maka dari itu, penulis akan mengambil tema “teori dan tipe kepemimpinan”.
1.2 Rumusan masalah
Seperti yang telah diuraikan di atas, untuk menjadi seorang pemimpin tidak hany diperlukan karakteristik saja, tetapi di perlukan juga pemahaman dan pengetahuan teori untuk kepemimpinan. Karena pentingnya teori ini, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah apa saja dan bagaimana teori dan tipe kepemimpinan yang benar.
1.3 Batasan Masalah
Sebagaimana kita ketahui, banyak sekali pengamat-pengamat ilmu kepemimpinan yang memberikan penjabaran tentang definisi, teori, dan tipe kepemimpinan. Tetapi sebenarnya mempunyai inti dan tujuan yang sama. Maka dari itu, penulis akan merangkum semua pendapat para pakar, tidak menjabarkannya satu persatu dari masing-masing pakar.
1.4 Tujuan Penulisan
Yang menjadi tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui apa saja teori dan tipe kepemimpinan yang menjadi pokok bahasan. Ini berguna untuk anda yang ingin menjadi atau telah di percaya untuk menjadi seorang pemimpin.
1.5 Metodologi Penelitian
Dalam menyusun penulisan ini, penulis memperoleh data-data yang diperlukan dengan menggunakan Studi Pustaka (Library Study) Yaitu dengan mempelajari teori teori yang relevan dari berbagai bahan acuan pembahasan yang berhubungan dengan kepemimpinan.
1.6 Sistematika penulisan
Dalam menyusun penulisan ilmiah ini, penulis menyusunnya secara sistematis ke dalam empat bab, yaitu :
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini berisi mengenai tipe-tipe kepemimpinan.
BAB III Pembahasan
Dalam bab ini berisi mengenai pembahasan teori-teori kepemimpinan.
BAB I V Penutup
Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penjabaran bab terdahulu disertai saran-saran.
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Tipe-Tipe kepemimpinan
2.1.1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2.1.2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
2.1.3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
2.1.4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
2.1.5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
2.1.6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
2.1.7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
2.1.8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.
BAB III. PEMBAHASAN
Berikut adalah beberapa Teori dari studi kepemimpinan:
3.1 Teori GREAT MAN
• Kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir .
• Bennis & Nanus (1990) menjelaskan bhw teori ini berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan.
• Kekuasaan berada pd sejumlah org tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin.
• “Asal Raja Menjadi Raja”.
3.2 Teori BIG BANG
• Suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi pemimpin .
• Mengintegrasikan antara situasi dan pengikut .
• Situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi dll.
• Pengikut adalah orang yang menokohkan seseorang dan bersedia patuh dan taat.
3.3 Teori Sifat (trait theories)
• Seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin.
• Titik tolak teori : keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat kepribadian baik secara fisik maupun psikologis.
• Keefektifan pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan saja bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman dan hasil belajar.
3.4 Teori Perilaku (Behavior Theories)
• Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan .
• Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.
3.5 Teori Kontingensi atau situasional
• Resistensi atas teori kepemimpinan sebelumnya yang memberlakukan asas-asas umum untuk semua situasi .
• Teori ini berpendapat bahwa tidak ada satu jalan (kepemimpinan) terbaik untuk mengelola dan mengurus satu organisasi.
BAB IV. PENUTUP
Setelah kita melihat beberapa pembahasan tipe dan teori, ternyata dapat dilihat betapa besarnya tanggung jawab seorang pemimpin. Tetapi, sosok seorang pemimpin sangat diperlukan untuk memajukan suatu kelompok besar ataupun kecil, bahkan Negara. Dapat disimpulkan beberapa karakter kunci utamaseorang pemimpin:
1. Percaya diri sendiri: kemampuan mengambil keputusan & berpendapat.
2. Visi : masa depan, tidak puas dengan status quo
3. Kemampuan berkomunikasi : menjelaskan visi.
4. Keyakinan kuat terhadap visi : menetapati komitmen, resiko besar.
5. Perilaku yang diluar kebiasaan : sukses > kekaguman bawahan.
6. Sensitivitas tinggi terhadap lingkungan.
Minggu, 27 November 2011
Teori Kepemimpinan
Diposting oleh Shandy Pratama Hidayat™ di 18.34 0 komentar
Kamis, 03 November 2011
KONFLIK ORGANISASI "antar kelompok"
KONFLIK DALAM ORGANISASI
1). PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan organisasi antara lain dikemukakan oleh para pakar berikut. Luthans (1985) mengartikan konflik sebagai ketidaksesuaian nilai atau tujuan antara anggota kelompok organisasi. Dubrint (1984:346) mengartikan konflik sebagai pertentangan antara individu atau kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling menghalangi dalam pencapaian tujuan. Winardi (2004:1) mengemukakan bahwa konflik adalah oposisi atau pertentangan pendapat antara orang orang, kelompok kelompok atau organisasi organisasi. Sedarmayanti (2000:137) mengemukakan konflik merupakan perjuangan antara kebutuhan, keinginan, gagasan, kepentingan ataupun pihak saling bertentangan, sebagai akibat dari adanya perbedaan sasaran (goals); nilai (values); pikiran (cognition); perasaan (affect); dan perilaku (behavior). James A. F. Stoner (1986:550) menyatakan bahwa konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka atau aktivitas kerja dan/atau pandangan yang berbeda. Mengingat konflik dalam organisasi ini sudah terlalu banyak terjadi maka penulis akan mengulas tentang salah satu bentuk konflik dalam organisasi yaitu “Konflik antar Kelompok”.
1.2 Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan diatas, konflik dalam organisasi ini memerlukan penyelesaian yang tepat, jika salah mengambil keputusan maka konflik akan bertambah luas atau semakin parah, maka dari itu yang menjadi perumusan masalah dari penulisan ini adalah bagaimana cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah dalam organisasi tersebut, terutama konflik antar kelompok.
1.3 Batasan Masalah
Seperti yang kita ketahui, banyak sekali metode atau cara penyelesaian masalah konflik dari berbagai peneliti ataupun pakar konflik, maka dari itu di penulisan ini penulis akan merangkum dan mengambil inti teori sehingga tidak perlu membahas semua metode tersebut.
1.4 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah agar kita tahu apa saja yang menjadi penyebab konflik antar kelompok, dan bagaimana solusi penyelesaiannya.
1.5 Metodologi Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode Studi Pustaka (Library Study). Yaitu dengan mempelajari teori teori yang relevan dari berbagai bahan acuan pembahasan yang berhubungan dengan konflik organisasi.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam menyusun penulisan ilmiah ini penulis menyusun secara sistematis ke dalam 4 BAB yaitu:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi tentang pengertian konflik, jenis-jenis konflik, dan tipe situasi konflik.
BAB III. PEMBAHASAN dan ANALISIS
Dalalm bab ini berisi tentang penyebab-penyebab konflik antar kelompok beserta cara penyelesaiannya.
BAB IV. PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan.
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Konflik
Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan organisasi antara lain dikemukakan oleh para pakar berikut. Luthans (1985) mengartikan konflik sebagai ketidaksesuaian nilai atau tujuan antara anggota kelompok organisasi. Dubrint (1984:346) mengartikan konflik sebagai pertentangan antara individu atau kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling menghalangi dalam pencapaian tujuan. Winardi (2004:1) mengemukakan bahwa konflik adalah oposisi atau pertentangan pendapat antara orang orang, kelompok kelompok atau organisasi organisasi. Sedarmayanti (2000:137) mengemukakan konflik merupakan perjuangan antara kebutuhan, keinginan, gagasan, kepentingan ataupun pihak saling bertentangan, sebagai akibat dari adanya perbedaan sasaran (goals); nilai (values); pikiran (cognition); perasaan (affect); dan perilaku (behavior). James A. F. Stoner (1986:550) menyatakan bahwa konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka atau aktivitas kerja dan/atau pandangan yang berbeda.
2.2 jenis-jenis konflik
-Konflik Intra perorangan
Konflik ini muncul dlm diri seorang individu dgn pemikirannya sendiri
( individu mengalami semacam tekanan-tekanan dlm dirinya sendiri secara emosional ).
-Konflik antar perorangan
Terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih, biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat & perilaku setiap orang dlm organisasi.
-Konflik antar kelompok
Terjadi apabila diantara unit-unit kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut-larut akan membuat koordinasi & integrasi kegiatan menjadi terkendala/mengalami kesulitan.
-Konflik antar organisasi
Konflik bisa juga terjadi antara organisasi yg satu dengan yg lain, karena adanya ketidakcocokan suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi
2.3 Tipe-tipe situasi Konflik
KONFLIK VERTIKAL, konflik terjadi antara atasan & bawahan
KONFLIK HORIZONTAL, terjadi antara sesama karyawan atau kelompok yg berada pd hierarkhi yg sama.
KONFLIK GARIS STAFF, bila konflik terjadi antara staf pada bidang tertentu.
KONFLIK PERANAN, terjadi bila komunikasi antar anggota tidak kompetibel bagi pemegang peranan.
Sumber: http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
BAB III. Pembahasan dan Analisis
3.1 Penyebab-penyebab konflik antar kelompok
Konflik antar kelompok terjadi apabila diantara unit-unit kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut-larut akan membuat koordinasi & integrasi kegiatan menjadi terkendala/mengalami kesulitan. Adapun penyebab lainnya:
Persaingan terhadap sumber-sumber daya yg langka
Setiap kelompok akan berlomba untuk mendapat bagian dari alokasi sumber daya yg ada. Masing-masing menginginkan alokasi sumber daya yg banyak agar dpt mempercepat pertumbuhan, kemajuan, dan pengembangan dalam divisi. Karena adanya persaingan tsb akan memicu timbulnya konflik.
Ketergantungan tugas (interdependence)
Dalam organisasi dapat dipastikan ada ketergantungan antar kelompok untuk mencapai kesuksesan dalam tugas-tugasnya. Apabila antara dua pihak itu ada perbedaan prioritas, kemungkinan muncul konflik akan semakin besar. Semakin perbedaan dipertahankan, kemungkinan konflik juga akan lebih besar bahlan lebih lama.
Perbedaan-perbedaan Tujuan & Prioritas
Konflik juga bisa disebabkan oleh adanya usaha masing-masing sub unit untuk mencapai tujuannya. Hal ini bisa tumbuh menjadi konflik bila ada ketidaksesuaian antar tujuan masing-masing, bahkan usaha pencapaian tujuan suatu sub unit dapat menghalangi sub unit lain dlm mencapai tujuannya.
3.2 Metode-metode penyelesaian konflik
DOMINASI atau KEKERASAN yang BERSIFAT PENEKANAN OTOKRATIK. Ketaatan harus dilakukan oleh fihak yang kalah pada otoritas yang lebih tinggi atau kekuatan yang lebih besar.
MEREDAKAN atau MENENANGKAN, metode ini lebih terasa diplomatis dlm upaya menekan dan meminimalkan ketidaksepahaman.
PEMISAHAN, pihak-pihak yg berkonflik dipisah sampai menemukan solusi atas masalah yg terjadi
ARBITRASI, adanya peran orang ketiga sbg penengah untuk penyelesaian masalah
Kembali ke aturan yang berlaku saat tdk ditemukan titik temu antara kedua fihak yg bermasalah.
KONSENSUS, sengaja dipertemukan untuk mencapai solusi terbaik, bukan hanya menyelesaikan masalah dgn cepat
KONFRONTASI, tiap fihak mengemukakan pandangan masing-masing secara langsung & terbuka.
PENENTU TUJUAN, menentukan tujuan akhir kedepan yang lebih tinggi dengan kesepakatan bersama.
Sumber: http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
BAB IV. Kesimpulan
Konflik merupakan hal yang tidak bias dihindari dalam sebuah organisasi, disebabkan oleh banyak faktor yang pada intinya karena organisasi terbentuk dari banyak individu dan kelompok yang memiliki sifat dan tujuan yang berbeda satu sama lain.
Diposting oleh Shandy Pratama Hidayat™ di 23.32 0 komentar